Laman

Cari Blog Ini

Jumat, 07 Mei 2010

Fundamental ekonomi RI dinilai masih kuat

SURABAYA(Bisnis.com): Fundamental ekonomi Indonesia dinilai masih cukup kuat di tengah gejolak pasar keuangan di Eropa, dengan catatan konsistensi kebijakan ekonomi harus tetap dipertahankan terkait dengan mundurnya Sri Mulyani Indrawati dari jabatannya sebagai Menteri Keuangan.

Ekonom Mandiri Sekuritas Destry Damayanty mengatakan sepanjang konsistensi kebijakan ekonomi yang selama ini dijalankan pemerintah tetap dijaga, ekonomi Indonesia diyakini masih cukup kuat di tengah gejolak pasar keuangan di Eropa.

"Siapa pun Menteri Keuangannya nanti, konsistensi kebijakan yang selama ini dijalankan tetap harus dipertahankan," katanya kepada Bisnis.com, hari ini.

Terkait dengan kondisi pasar sepeninggal Sri Mulyani, menurutnya, terlalu dini untuk memprediksinya sekarang karena selama belum ada penunjukan Menteri Keuangan baru pasar pasti akan bergerak menyamping dulu. "Apalagi concern atas perkembangan keuangan di Eropa yang bisa memicu terjadinya kerusuhan seperti di Yunani masih tinggi," jelasnya.

Namun demikian, sambung dia, faktor domestik masih jauh lebih signifikan pengaruhnya dibandingkan dengan pengaruh yang berasal dari luar. "Untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2010 diperkirakan akan tumbuh di level 5,7%," tambahnya.(er)

KUII V Mendorong Program Kesejahteraan Umat

Jumat, 7 Mei 2010
JAKARTA (Suara Karya): Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) merupakan puncak pertemuan masyarakat muslim negeri ini yang akan diikuti para ulama, cendekiawan, serta berbagai organisasi Islam dan pondok pesantren. Sebelum Indonesia merdeka, pertemuan semacam ini pernah diselenggarakan dua kali dengan nama Majelis Islam A'la Indonesia.
Pascareformasi, Majelis Ulama Indonesia menyelenggarakan kembali pertemuan puncak umat Islam itu dengan nama KUII III pada 1998. Disepakati, KUII akan diselenggarakan setiap lima tahun. KUII IV pada 2005 fokus pada persoalan ukhuwah Islamiah. Tahun ini, KUII V akan memfokuskan pembahasan pada masalah ekonomi.
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai persiapan hajatan akbar tersebut, wartawan HU Suara Karya Yudhiarma MK mewawancarai Ketua Panitia Pelaksana KUII V yang juga Sekretaris Umum (Sekum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Drs HM Ichwan Sam. Berikut petikannya:
Apa yang melatarbelakangi pengambilan tema pembangunan ekonomi dalam kongres ini?
Meski Indonesia menjadi negara dengan penduduk mayoritas Muslim, tapi hanya sedikit yang mengeyam kehidupan ekonomi yang baik. Banyak Muslim yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini tentu saja berdampak negatif terhadap perekonomian bangsa.
Untuk mengatasinya, kongres akan membahas pola kepemimpinan yang bisa mendorong pengembangan ekonomi bagi umat. Nah, harus dipikirkan bagaimana agar kepemimpinan yang dimiliki berbagai ormas Islam bisa berkontribusi dalam mendorong kebangkitan ekonomi di Indonesia.
KUII V ini akan membahas dan merumuskan materi-materi yaitu (1) Masalah Kepemimpinan Umat Islam dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang meliputi, Paradigma, Visi, dan Karakter Kepemimpinan Islam; Penguatan Kelembagaan Umat serta Penguatan Jaringan Komunikasi Kelembagaan. (2) Masalah Ekonomi Umat Islam, yang meliputi: Paradigma dan Nilai Ekonomi Islam; Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Umat; dan Model Pemberdayaan Ekonomi Umat. (3) Rekomendasi tentang masalah kepemimpinan dan ekonomi umat dan bangsa.
Apakah pelaksanaan kongres hanya fokus pada masalah ekonomi umat?
Bukan hanya itu, ada juga kegiatan pra-kongres yang dilaksanakan dalam rangka penajaman materi terkait tema utama, seperti soal "Peneguhan Ukhuwwah Islamiyah untuk Indonesia yang Bermartabat." Ini dimaksudkan sebagai sarana siar dan publikasi yang mengantarkan pelaksanaan KUII V.
Kegiatan pra-kongres mengambil bentuk kegiatan, seperti halaqah, seminar dan diskusi tentang tema-tema kepemimpinan, ekonomi, masalah hukum dan dakwah, silaturrahmi media massa (media gathering) serta presentasi kisah sukses dalam kegiatan ekonomi. Dalam rangka KUII ini, juga akan diselenggarakan pameran dan bazar.
Kami juga menyelenggarakan semiloka bertajuk "Nilai-Nilai Agama Sebagai Sumber Hukum Nasional: Prinsip dan Implementasi dalam Sistem Perundang-Undangan di Indonesia".
Pra-kongres dirancang untuk mengembangkan wawasan dan pemahaman umat tentang pentingnya membangun tatanan hukum yang bersumber dari nilai-nilai agama sebagai sumber hukum nasional yang berdasarkan prinsip dan implementasi dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. Hadir sebagai narasumber, di antaranya Prof Jimly Asshiddiqie, Azam Khan, dan Dr Saleh P Daulay. Kemudian, juga seminar "Pentingnya Penyediaan Obat Halal di Indonesia" yang diselenggarakan LPPOM MUI.
Berapa peserta yang akan hadir dalam kongres ini?
Perhelatan ulama dan tokoh Islam terbesar di Indonesia ini, akan diikuti sekira 600-800 peserta yang akan membahas persoalan kepemimpinan untuk membangkitan ekonomi umat. Peserta kongres berasal dari perwakilan berbagai ormas Islam, pondok pesantren, perguruan tinggi agama Islam, tokoh Islam, MUI seluruh Indonesia, dan praktisi ekonomi Islam. Untuk peserta dari pondok pesantren, kita batasi hanya yang memiliki santri di atas 500 orang.
Diharapkan kongres bisa dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Panitia telah mengirimkan surat permohonan kehadiran presiden sejak beberapa waktu lalu, dan kita setia menunggu perkenan beliau.
Apakah KUII juga mengundang tokoh Islam dari luar negeri?
Ini sudah rutin dilakukan. Tahun ini, ada 35 peserta dari berbagai negara dari empat benua. Di antaranya perwakilan majelis ulama Singapura, Rabithah Alam Islami, para ulama Timur Tengah, Persatuan Ulama Malaysia (PUM), Yayasan Dakwah Islam Malaysia, Institut Kepahaman Islam Malaysia, Majlis Ulama Thailand, Majlis Ugama Brunei Darussalam, Komite Ulama Australia, Komite Ulama AS, dan beberapa perkumpulan masyarakat Islam sejumlah negara Eropa.
Apa saja yang akan dibahas dalam forum ini?
Ada tiga bahasan utama. Pertama, masalah kepemimpinan umat Islam dalam konteks NKRI yang meliputi paradigma, visi, karakter kepemimpinan Islam, penguatan kelembagaan umat, dan penguatan jaringan komunikasi kelembagaan.
Kedua, masalah ekonomi Islam meliputi paradigma dan nilai ekonomi Islam, penguatan dan pengembangan kelembagaan ekonomi Umat, dan model pemberdayaan ekonomi umat. Ketiga, rekomendasi tentang masalah kepemimpinan dan ekonomi umat dan bangsa. Mohon doa restu, semoga acaranya ini sukses. (Yudhiarma)